Yang Dimaksud dengan Ikhlas dalam Menuntut Ilmu

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya diharapkan dengannya wajah Allah ‘azza wa jalla, tetapi ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan sedikit dari kenikmatan dunia maka ia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat.” [HR. Ahmad, Abu daud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Ath-Targhib: 105]

Juga sabda beliau shallallahu’alaihi wa sallam,

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِىَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ

“Barangsiapa menuntut ilmu untuk menandingi para ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau memalingkan pandangan-pandangan manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke neraka.” [HR. At-Tirmidzi dari Ka’ab bin Malik radhiyallahu’anhu, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih At-Targhib: 106]

Al-Imam Ahmad rahimahullah berkata,

العلم لا يَعْدله شيء لمن صحت نيته قالوا وكيف تصح النية يا أبا عبد الله ؟ قال: ينوي رفع الجهل عن نفسه وعن غيره

“Ilmu itu tidak dapat ditandingi oleh amalan apapun bagi orang yang niatnya benar (dalam menuntut ilmu).” Mereka bertanya, “Bagaimana benarnya niat wahai Abu Abdillah?” Beliau menjawab, “Seorang meniatkan untuk mengangkat kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.”

Bagaimana mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu:

  1. Engkau niatkan untuk menjalankan perintah Allah ta’ala.
  2. Engkau niatkan untuk menjaga syari’at Allah ta’ala, sebab menjaga syari’at itu dilakukan dengan menghapalnya dalam dada dan menulisnya dalam buku.
  3. Engkau niatkan untuk membela syari’at Allah ta’ala, yakni menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang disandarkan kepada syari’at, yang dilakukan oleh kelompok-kelompok sesat.
  4. Engkau niatkan untuk meneladani Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Dan engkau tidak mungkin dapat meneladani beliau sampai engkau mengetahui petunjuk beliau shallallahu’alaihi wa sallam.

[Diringkas dari Syarh Hilyah Thalibil ‘Ilmi, Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah, hal. 7-9]

WaLlahul Muwaffiq.

Pos ini dipublikasikan di Aqidah, Faidah & Tanya Jawab Ringkas untuk Group BlackBerry dan tag , , , , , , . Tandai permalink.

7 Balasan ke Yang Dimaksud dengan Ikhlas dalam Menuntut Ilmu

  1. Bismillaah..
    Baarokallaahu fiikum.

  2. Abu Malik berkata:

    Bismillah, ustadz bagaimana dengan merekam kajian dengan tujuan mencari pahala untuk dibagikan kepada ikhwan2 yang tidak hadir.

  3. Ping balik: Yang Dimaksud Ikhlas Dalam Menuntut Ilmu « Jυrηαl Sαlαfiyυη

  4. dian maryanah berkata:

    Assalamu’alaikum.. Ustadz,,ana mau tnya n sikit cerita.. Begini ustadz,,bru 1.5thn ana knal salaf(thun 2011).. Awal2 ana knal salaf,,ana bljar tntang bid’ah.. Krna kesombongan n kebodohan ana,,ana tlah menyakiti keluarga ana trutama ayah yg kuat dlam menjalankan kprcayaan ayah tntang tahlilan sehingga ayah membenci manhaj salaf.. Smpai sekarang ayah tdak suka jika ana pergi mengaji,,sehingga untk beberapa lama ana tdak aktif mengaji lg.. Bru beberapa blan ini ana aktif lg mengaji,,tetapi ketika meminta ijin ana selalu brbohong dgan alasan jalan2 atwpun shopping.. Yg jd ganjalan,,apakah boleh ana membohongi orang tua untk pergi mengaji?? Dan mohon nasihatnya ustadz.. Sebelumnya Jazakallahu khaeran..

    • nasihatonline berkata:

      Wa’alaykumussalam, AlhamduliLlah atas hidayah kepada manhaj yang haq yang Allah ta’ala anugerahkan kepada Anda.

      Dan segala puji hanya bagi-Nya dengan kemudahan-kemudahan dalam mempelajari agama di masa kita ini, jika Anda dilarang ke majelis ilmu, maka hendaklah Anda belajar dengan metode yang lain, apakah dengan membaca buku-buku para ulama dalam bahasa Arab maupun terjemahan, ataukah mendengarkan ceramah-ceramah penjelasannya yang begitu mudah didapatkan di internet tanpa harus keluar rumah, maka tidak dibenarkan Anda berbohong dalam perkara yang bukan suatu darurat.

      Dan hendaklah Anda ambil pelajaran untuk lebih bersikap hikmah, dan terus berusaha mendakwahi dengan lemah lembut kepada orang tua Anda, serta berbakti kepada mereka. WabiLlaahit taufiq.

  5. Ping balik: Yang Dimaksud dengan Ikhlas dalam Menuntut Ilmu « Aboe Shafijjah Beladjar

Tinggalkan komentar